Rangkaian rihlah ziarah ke Jawa Barat tahun 2012 diawali dengan sowan ke pemakaman Dongkelan. Sekitar 2 kilo dari Pesantren Krapyak. Di sanalah para kiai masa awal Krapyak dimakamkan.
Pagi itu kami -para santri- duduk anteng menghadap ke timur
arah Masjid Pathok Negoro. Sedangkan Mbah Yai Najib berdiri sambil
memperkenalkan makam kakek, ayah, dan paman-bibinya. Kami menyimak dengan
seksama. Suasananya masih terasa bagiku sampai saat ini. Hawa pagi yang segar,
sorot matahari yang masih hangat, angin yang berembus semilir, dan getaran
suara beliau yang khas.
"Kalau ziarah ke makam wali Allah," dhawuh Mbah
Yai, "Kita membaca salam seperti ini,"
Kemudian beliau mentalqin kami bacaan salam saat ziarah ke
makam para wali. Begini:
السلام عليكم يا ولي الله جئناكم راغبين وعلى مقامكم واقفين اودعنا عندكم شهادة ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله
Lalu beliau mengajarkan pergantian dlomir (kata ganti) jika
yang diziarahi banyak atau tunggal, jika yang ziarah banyak atau tunggal, dan
seterusnya. Belakangan, saat sowan ke Popongan Klaten, kami melihat salam
ziarag wali ini tertulis di pintu makam Mbah Yai Manshur an-Naqsyabandi
al-Khalidi, kakek Mbah Yai Salman Dahlawi, mertua Mbah Yai Najib.
Setelah itu beliau menyampaikan keterangan, "Kalau
dhawuh Mbah Arwani, bahwa para ahlul Quran itu juga diziarahi oleh para
malaikat, yang mendoakannya sampai hari kiamat."
Sekarang Mbah Yai Najib sudah berkumpul bersama para
leluhurnya di pemakaman Dongkelan. Salam ziarah wali yang dulu beliau talqinkan
kini kami haturkan kepadanya pula. Dan kami menyaksikan sejelas-jelasnya bahwa
beliau adalah ahlul Quran sejati, dan tentu para malaikat rahmat pun merubung
pusaranya hingga hari kebangkitan nanti.
__
Kalibening, 7-12-2021