James, sebut saja begitu, adalah santri baru di Krapyak. Belum akrab dengan suasana pondok, apalagi dengan kiainya. Suatu pagi dia lewat di depan ndalem Mbah Yai Najib. Ternyata beliau sedang duduk-duduk santai di teras.
"Kang!" panggil Mbah Yai. James kaget betul. Ia mendekat dengan kikuk.
"Nggih, Yai?" sahutnya agak gemetar.
"Tolong matikan lampunya," titah Mbah Yai sambil menunjuk bohlam yang terpasang di tiang depan ndalem lama.
"Nggih," jawab James sambil bersiap melaksanakan perintah gurunya.
Bukannya menuju saklar tiang, dia malah menyincing sarung, kemudian memanjat tiang lampu. Lalu diulirnya bohlam itu, meluncur turun. Lantas menghadap Mbah Yai sambil menyerahkan bohlam itu.
"Ini, Yai, hh, hh," katanya sambil ngos-ngosan.
__
Di lain waktu, Mbah Yai memanggil seorang santri yang kebetulan lewat depan ndalem. Sebut saja namanya Wage. Buru-buru ia mendekat, "Nggih, Yai?"
"Tolong panggilkan Asbah," titah Mbah Yai.
Wage segera meluncur ke asrama pondok dan melaksanakan tugasnya. Tak berapa lama, ia kembali menghadap Mbah Yai sambil menyodorkan: ASBAK.
"Ini, Yai," katanya dengan ekspresi polos.
"Oh, ya terima kasih, Kang," sahut Mbah Yai sambil senyum-senyum, "Sekarang tolong panggilkan Kang Asbah ya, As-bah, As-bah," lanjut beliau dengan agak mengeja.
__
Terakhir. Seorang santri, sebut saja Naruto, baru saja keluar dari jeding (kamar mandi) sebelah aula komplek Madrasah Huffadh 1. Dia hanya memakai sarung yang dicincing agak tinggi sampai paha. Tidak pakai baju alias telanjang dada.
Agaknya kacamata Naruto ketinggalan entah dimana. Padahal minusnya cukup tebal. Maka praktis pandangannya kabur sekabur-kaburnya. Jarak pandang hanya setengah meter.
Ia pun berjalan ke arah teras aula sambil menyipitkan kedua matanya. Di situ dia melihat remang-remang ada orang sedang duduk. Ia dekati sosok itu sambil menyodorkan kepala, menyipitkan mata, dan menyincing sarungnya.
Semakin dekat, semakin jelas. Matanya yang tadi menyipit kini melotot kaget. Hampir copot dia punya jantung. Ternyata orang itu Mbah Yai Najib.
Lahul Fatihah.
Kalibening, 13-1-2021