Tartil - MbahNajib #3

Pernah suatu kali Mbah Yai Hisyam Kudus menggelar simakan Quran. Sosok yang diamanati membaca adalah muridnya, Mbah Yai Najib muda. Sedangkan yang menyimak adalah kawan seperguruannya, Mbah Yai Munawir Tingkir muda.


Sejak pagi hingga siang bacaan Mbah Yai Najib sangat lancar. Hanya ada 2-3 kesalahan dan itupun beliau perbaiki sendiri, tanpa ditegur oleh si penyimak. Waktu zhuhur beliau istirahat. Saat itulah beliau agak 'mengeluh' kepada sahabatnya, "Ya Allah, Kang Nawir. Quranku rusak. Dosa apa yang telah kuperbuat."


Hapalan Mbah Yai memang sangat kokoh, mutqin. Saat mengimami tarawih 1,5 juz tiap malam Ramadan jarang keliru. Bilapun ada kekeliruan, beliau segera menyadari dan mengulangi bacaannya sendiri.


Wajar saja. Mbah Yai Najib sudah menghapal Quran sejak belia. Sudah khatam dan mulai mengimami tarawih dengan hapalan Qurannya saat masih remaja.


Saat mondok di Kudus, kawan-kawannya menyaksikan Mbah Yai selalu nderes hapalannya di saat apapun. Hanya ada dua momen beliau nampak tidak nderes, yaitu saat baca koran dan berada di dalam toilet.


Saat mengantri kamar mandi pun beliau masih komat-kamit nderes. Bahkan saat tidur beliau kerap kepergok ngelindur hapalan Quran sampai berjuz-juz. Perihal ngelindur ini juga pernah diceritakan Bu Nyai kepada santri ndalem, hingga dua juz katanya.


Betul-betul khaliyah yang susah ditiru. Bahkan ada satu hal 'kecil' yang masih saja susah ditiru dari khaliyah beliau. Yakni konsistensinya dalam membaca tartil bacaan apapun. Tidak hanya bacaan Quran.


Semua santri Krapyak pasti menyadari hal ini. Bahwa saat membaca bacaan shalat, wirid setelah shalat, tahlilan, doa-doa, fatihah setelah doa, Mbah Yai selalu mentartilkannya. Selalu jelas hak-hak tiap hurufnya, tak ada yang ketelingsut.


Semua bacaan diseriusi. Gesturnya pun demikian, apalagi saat berdoa. Tangan menelungkup, wajah menunduk, betul-betul mengesankan hamba yang sedang memohon. Tak ada kesan malas-malasan atau main-main saat berdoa. Secapek apapun beliau.


Belakangan kusadari bahwa ketartilan beliau tidak hanya dalam urusan bacaan. Tapi beliau juga selalu berupaya menjalani kehidupan dengan tartil. Tiap langkahnya jelas, teliti, tertata, terukur, sabar, dan konsisten.


Angel.. angel.


__

Kalibening, 8-1-2021

Foto: Mbah Yai Najib bin Abdul Qadir bin Munawwir, dan Mbah Yai Zainal Abidin bin Munawwir. Lahumal Fatihah.



Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya