Ahlul Quran

 AHLUL QURAN

@ziatuwel


Masih kuingat, dalam suatu kesempatan di Krapyak, Syekh Abdul Jalil pernah menyebutkan bahwa setiap muslim bisa juga disebut 'Ahlul Quran' sesuai dengan kadarnya masing-masing.


Kalau Anda punya 'simpanan' Quran sekadar juz 'Amma, dan Anda menjaganya baik-baik sebagai wirid, berarti Anda bisa disebut Ahlul Quran dengan kadar juz 'Amma yang Anda jaga.


Anda punya simpanan hapalan Yasin, Waqiah, Mulk, Kahfi, Rahman, dan Anda telaten menjaganya sebagai wirid, Anda juga diakui sebagai Ahlul Quran dengan kadar penjagaan Anda.


Sebab bukan kuantitas yang dipandang, melainkan ketulusan dan kesungguhan Anda.


Sebagaimana dulu para sahabat di jaman Rasulullah. Ada yang hapal sekian ayat, ada yang hapal sekian surat. Masing-masing menjaga apa yang didapatkan dari Baginda Nabi, masing-masing disebut sebagai Ahlul Quran, sesuai dengan kadarnya masing-masing.


Hari ini kita melihat banyak yang berlomba-lomba menghapal Quran. Tak sedikit pula kalangan yang nyinyir terhadap tren hapalan-hapalan itu. Terserah saja.


Tapi ada satu hal yang musti kita resapi sebagai muslim, sebagaimana sabda Nabi, bahwa tiap huruf dalam Quran jelas berpahala. Tiap lafalnya bercahaya. Tiap ayatnya bertuah. Tiap surat jelas keramat.


Pencapaian hapalan Quran bukan untuk unggul-unggulan, bukan sekadar untuk meraih ini dan itu. Melainkan untuk dijaga, untuk menjadi ikatan kemesraan diri kita pribadi dengan Tuhan, sehingga kelak kembali kepada-Nya sebagai 'Ahlul Quran' sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.


Bisa jadi, mereka yang tidak hapal, tapi setia membaca Quran sebagai wirid dengan penuh cinta dan rasa rindu, melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, menjaga diri dari dosa-dosa, lebih patut menyandang gelar Ahlul Quran dibanding Anda yang sudah hapal sekian juz, lalu meremehkan dan melalaikannya.


Bisa jadi, mereka yang membaca Quran terbata-bata, tidak pas makhroj tajwidnya, tapi telaten dan setia mengakrabinya tiap pagi dan senja, tiap terang dan petang, dengan sepenuh rasa tresna, kangen, dan hormat, justru diakui Gusti Allah sebagai Ahlul Quran dan mendapat syafaatnya.


Sedangkan engkau yang lancar membacanya, pernah mengaji tafsirnya, bahkan sempat menghapalnya namun menelantarkan dan menyia-nyiakannya, justru menjadi terdakwa atas laknatnya.


Dengan ini kita juga bisa lebih menghormati para guru, yang tidak hanya paten menjaga Qurannya dengan hapalan secara keseluruhan dan sempurna, tapi juga mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya, dan mengajarkannya kepada kita semua.


Quran adalah rahmat, anugerah, hidangan mewah dari Tuhan. Maka mumpung masih diberi kesempatan hidup, ambillah bagian walau hanya sedikit. Ambillah bagian, meskipun masih compang-camping dan baru bisa merapalkan lafalnya saja.



__

Tuwel, 25 Dulkangidah 1442

Foto: kiri-kanan: Pak Tahrir, Pak Jalil, saya, Mas Pramono, Kang Bandi

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya