Tajwid Kehidupan

 Belakangan ini, saat menemani bocah-bocah belajar membaca lafal-lafal kitab suci, kusadari bahwa pelajaran tajwid bukan sebatas bagaimana membaguskan bacaan Quran. Tetapi juga tentang bagaimana membaguskan cara hidup.


Lihatlah, tajwid dimulai dengan memahami makhroj, yaitu pemahaman atas posisi keluarnya huruf dan haknya masing-masing. Begitupun hidup, kita harus betul-betul paham posisi dan latar belakang, sebagai apa dan bagaimana tugas seseorang. Juga paham atas hak kita sendiri dan hak-hak orang lain.


Lihatlah, tajwid adalah ilmu tentang bagaimana cara yang tepat membaca ketika satu huruf mengalami kondisi tertentu. Bukankah hidup juga begitu? Kita musti bisa empan papan saat mengalami hal-hal tertentu. Saat lapang di atas (fathah), jatuh di bawah (kasroh), kasmaran (dhommah), tenang dan datar (sukun) atau menanggung beban (tasydid).


Lihatlah, tajwid juga tentang bagaimana cara yang tepat membaca ketika satu huruf bertemu huruf lain. Bukankah hidup juga begitu? Kita musti paham bagaimana bersikap saat bergaul dengan orang lain.


Hukum-hukum nun sukun adalah tentang bagaimana seorang manusia sebagai makhluk sosial (nas) yang menempat di suatu lingkungan (sakin). Lebih khusus lagi, hukum mim sukun berkaitan dengan seorang muslim saat bergaul dengan sesama mazhab (mitslain), sesama aswaja (mutaqoribain) dan sesama umat Nabi Muhammad (mutajanisain).


Lihatlah, tajwid adalah tentang ghunnah (dengung), idzhar (jelas), idghom (lebur), ikhfa (samar), iqlab (berbalik), tafkhim (tebal), tarqiq (tipis), qalqalah (pantulan), dan mad (panjang). Begitu pula hidup, kita musti tahu kapan musti berkontemplasi dan menyimak dengung hati, kapan menyatakan sikap dengan jelas, kapan musti melebur dengan sekitar, kapan perlu samar untuk menjaga kerukunan, kapan harus membalik perseteruan, kapan berlaku tegas, kapan berlaku santai, kapan perlu guyon memantul-mantul, dan kapan musti berpanjang kesabaran.


Pembacaan yang bertajwid menjadi simbol kehidupan yang bagus. Maka nyatalah bahwa ilmu tajwid bukanlah ilmu sepele, bukanlah ilmunya anak-anak TPQ, tapi juga ilmu berkehidupan bagi orang-orang dewasa. Ilmu yang semoga mengantarkan kita untuk bisa menjalani hidup secara tartil. Wallahu a'lam.



__

Kalibening, Shafar 1443

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya