Evaluasi Akhir Tahun - KBQTDiary #60

Selasa, 21 Desember, jadi hari terakhir anak-anak berkegiatan di KBQT, untuk kemudian liburan sampai hampir tiga pekan. Acara di hari terakhir itu diisi dengan evaluasi kegiatan selama beberapa bulan sebelumnya.


Berhubung anak-anak merancang kegiatan mereka sendiri di awal semester, maka merekapun bertanggung jawab dan berkepentingan untuk mengevaluasi semua kegiatan itu secara mandiri. Tak terasa, dalam waktu tiga bulan yang singkat ini (Oktober-Desember) ternyata anak-anak sudah melaksanakan banyak kegiatan.


Ada workshop kopi, pekan keakraban, observasi di Belik Luwing, hari ide di Lapangan Pancasila, wawancara masjid dan gereja tertua, workhsop membuat lilin, workshop Microsoft Office, workshop riasan horor, Squid Game, ziarah sejarah Mbah Wahid, workshop membuat MOL, gelar karya, dan terakhir workshop melukis dan menggambar mural. Itu semua kegiatan bersama selain upacara, tawasi, hari ide, dan hari kesehatan.


Semuanya dipanitiai oleh anak-anak secara langsung, dengan segala kegembiraan, drama, dan kendalanya. Momen evaluasi jadi spion bagi mereka untuk melihat kembali apa yang kurang dan perlu diperbaiki dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.


Semua kegiatan tersebut 'diprithili' satu persatu. Kurang persiapan, kurang koordinasi, kurang disiplin, kurang serius, adalah beberapa poin otokritik dari anak-anak untuk diri mereka sendiri. Kemudian saling meneguhkan komitmen untuk memperbaikinya di semester yang akan datang.


Setelah anak-anak, hari Kamis para pendamping juga melakukan evaluasi pendampingan. Kami awali dengan menyusun agenda kreasi karya (dulu disebut 'Tugas Akhir' atau Q-Tha Project) untuk semester depan.



Kemudian kami 'prithili' semua kegiatan dari sudut pandang pendamping. Salah satunya adalah perbedaan kondisi warga belajar 'dulu' dengan 'sekarang'. Bahwa dulu -di masa para pendamping sekarang masih remaja- mereka bisa berkegiatan mandiri secara total meski tanpa pendamping.


Adapun untuk saat ini anak-anak masih perlu kehadiran pendamping dalam setiap kegiatan. Masih perlu dikompori untuk memantik rasa ingin tahu. Saat tidak ada kegiatan, mereka sibuk sendiri-sendiri mainan hape. Mereka menghadapi tantangan baru sesuai zamannya, yakni gawai-gawai yang distraktif.


Kami juga 'memprithili' setiap anak yang berproses di KBQT. Problem apa saja yang muncul dalam interaksi antaranak selama tiga bulan ini, siapa saja yang bermasalah dan perlu pendampingan khusus, serta siapa saja yang bisa 'dipegang' untuk jadi pemantik semangat berkarya teman-temannya.


Sementara itu, salah satu wali murid dari Lumajang, Bu Asih (Omah Sinau Gesang), mengirim foto-foto Haidar yang selama liburan ikut gabung relawan erupsi Semeru, sambil menuliskan,


"Baru 3 bulan di KBQT pembawaanya sudah banyak perubahan, jadi luwes dalam pergaulan dan ceria. Tadi hanya saya kenalkan sebentar dengan tim relawan dan langsung saya tinggal. Tampaknya sudah langsung bisa beradaptasi. Maturnuwun kepada pendamping KBQT untuk semua budi baiknya kepada ananda Haidar. Salam hormat kami sekeluarga."


Sederhana tapi betul-betul membungahkan hati para pendamping. Tentu saja kami sadar sepenuhnya bahwa kami hanya berperan sangat kecil. Wong kami di sini 'tidak ngapa-ngapain', hanya menemani anak-anak ngobrol dan mendampingi mereka berkegiatan. Selebihnya adalah sebab semangat belajar anak, dukungan dan doa orang tuanya.


__

Sabtu, 25 Desember 2021

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya