Ada tiga ilmu yang menjadi gaman penting bagi manusia sebagai makhluk berpikir (hayawanun nathiq), yakni ilmu logika (tata pikir; manthiq), gramatika (tata bahasa; nahwu), dan retorika (tata wicara; balaghoh).
Ilmu logika penting dipelajari agar akal bisa bernalar dengan rapi dan runtut, serta membentenginya dari sesat pikir. Selain itu, belajar ilmu logika bisa menjadi sarana olah pikir agar akal tetap bugar. Sebagaimana tubuh butuh olah raga dengan rupa-rupa gerak badan, juga jiwa yang butuh olah rasa dengan berbagai pergolakan batin dan ritual.
Meski demikian, perlu dipahami pada dasarnya ilmu manthiq ini bukan ilmu agama yang lazimnya digali dari wahyu Quran maupun hadits Rasulullah, melainkan murni dari buah pikir akal manusia. Ilmu ini datang dari Yunani, bersanad kepada Aristoteles. Kemudian mewarnai dunia keilmuan kaum muslimin di era Abbasiyyah, lalu menjadi bahan kontroversi para ulama dari zaman ke zaman.
Imam Ibnu Sholah dan Imam Nawawi mengharamkan belajar ilmu logika. Sebab mereka kuatir kita terlalu mengedepankan akal dan menyepelekan wahyu atau dalil. Sedangkan Imam Ghazali justru menganjurkan belajar ilmu ini, sebab bisa melatih akal untuk berpikir jernih serta membantu pelajar dalam proses penggalian pengetahuan.
Kitab paling masyhur di kalangan santri Nusantara sekaligus jadi rujukan dasar dalam bidang ilmu ini berjudul Sullamul Munawraq, artinya; tangga yang dihiasi. Penulisnya, Syaikh Abu Yazid Abdurrahman al-Akhdhori al-Jazairi al-Maliki al-Asy'ari al-Junaidi, menyusun kitab dalam bentuk bait-bait syair ini pada usia 21 tahun.
Al-Akhdhori dikenal sebagai sosok ahli ilmu dan ahli ibadah. Siang hari ia sibuk belajar dan mengajar, sedangkan malam hari ia lalui dengan banyak berzikir, shalat, tilawah, dan ziarah di komplek makam seorang wali, Sayyid Mas'ud al-Idrisi al-Hasani.
Ia wafat di kota Guidjel pada usia yang masih sangat muda, 33 tahun, dengan meninggalkan wasiat agar dimakamkan di kampung kelahirannya, Biskra. Para pencintanya pun berbondong-bondong membopong keranda sang guru, menempuh jarak yang begitu jauh berjalan kaki.
Separo jalan terlalui, sebagian rombongan kelelahan dan memutuskan putar balik. Sementara sisanya tetap teguh menunaikan wasiat sang ulama. Setelah usai menuntaskan amanat, mereka kembali pulang ke Guidjel.
Uniknya, perjalanan pulang itu terasa begitu cepat. Tiba-tiba mereka sudah sampai di Guidjel tanpa lelah. Bahkan mereka sampai di kota itu mendahului kelompok pertama yang pulang lebih dulu. Peristiwa tersebut kemudian membuat mereka sadar, bahwa guru mereka ini bukan hanya ahli ilmu dan ahli ibadah, tapi juga wali yang keramat.
Mereka juga menemukan beberapa bait syair tertulis di kain kafan sang guru, yang mungkin sempat ia torehkan sebelum wafat.
و يا رب فأكرمه بعفوك ليلــــــــة
ويروح بها ضيفا لقبره منزلا
Duhai Tuhan, muliakan ia dengan ampunan-Mu, di malam ia datang bertamu di liang kuburnya.
فأنت الذي أوجبت للضيف حرمــــة
وأكدت عليه بالمواساة عاجلا
Engkaulah yang wajibkan untuk memuliakan tamu, serta menekankan agar tamu segera dijamu.
فهذا بضيف الخلق، كيف بضيفــــك
فأكرمه نزلا عند وقف الرواحلا
Begitulah keadaan tamu makhluk-Mu. Maka bagaimana halnya dengan tamu-Mu, muliakanlah ia saat baru tiba dari perjalanannya.
___
Catatan ngaji manthiq kelas 3 Aliyah Madrasah Hidayatul Mubtadiin
Masjid Al-Muttaqin Kalibening
4 Juni 2022 / 1443