Lafadz atau pernyataan ada kalanya berupa lafadz tunggal (mufrod) atau lafadz majemuk (murokkab). Dilihat dari maknanya, lafadz tunggal universal (mufrod kulliy) bisa mengandung berbagai varian makna. Yaitu;
HUBUNGAN KATA DENGAN MAKNA
1. MUTAWATHI; lafadz yang mengandung kesamaan makna secara total. Misalnya kata "manusia" (insan), dan kata-kata yang termasuk dalam kategori manusia di antaranya; Labib, Husna, Farid, Lurah Yasin. Makna ke-"manusia"-an yang dimiliki empat orang itu sama. Meskipun berbeda jenis kelamin, beda suku, beda pangkat, beda status sosial, beda kekayaan, tetap setara dalam kemanusiaan secara mutlak.
2. MUSYAKKIK; lafadz yang mengandung kesamaan makna namun berbeda dalam kenyataannya. Misalnya kata "putih" (bayadh), dan kata-kata yang termasuk kategori putih di antaranya; susu, awan, kapur, gading. Makna dan sifat ke-"putih"-an yang dimiliki empat benda itu berbeda-beda dalam hal tarafnya. Maka ada istilah "putih susu" atau "putih gading".
3. MUTAKHOLIF; lafadz yang berbeda dan mengandung makna yang berbeda pula. Misalnya kata "kuda" dan "bunga", atau "gunung" dan "laut", atau "meja" dan "kursi".
4. MUTARODIF; lafadz yang berbeda dan mengandung makna yang sama. Misalnya kata "insan", "basyar", dan "naas" yang semuanya berarti manusia.
5. MUSYTAROK; satu lafadz dengan banyak makna. Misalnya kata "'ainun" yang bisa berarti "albashor" (penglihatan; mata) atau "aljaariyah" (sumber air). Contoh lain seperti kata "maa" yang bisa berarti "benda" atau "tidak".
SUSUNAN KATA MAJEMUK
Adapun kata-kata majemuk, yang tersusun dari dua kata atau lebih, bisa berupa susunan kalimat tak sempurna (NAQISH) atau kalimat sempurna (TAAM). Lafadz naqish semisal "rumah baru", "tuan rumah", "langit biru", atau "bojo galak".
Sedangkan lafadz taam seperti kalimat "rumah baru itu terbakar", "tuan rumah telah datang", "langit biru sangat indah", atau "bojo galak lagi ngamuk". Nah, lafadz taam ini ada kalanya bersifat informatif (KHOBAR) yang searah, sebagaimana contoh-contoh di paragraf ini. Atau bisa juga berupa kalimat persuasif (THOLAB) yang meminta timbal balik. Ada tiga jenis lafadz tholab dilihat dari posisi penyampai dan sasarannya.
1. AMR: kalimat perintah, ditujukan dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Semisal perintah shalat dari Tuhan kepada hamba-Nya, "Aqiimus sholah (Dirikanlah shalat)!"
2. DU'A: kalimat permohonan, ditujukan dari pihak yang lebih rendah kepada pihak yang lebih rendah. Semisal permohonan ampunan dari hamba kepada Tuhannya, "Robbighfirlii (Tuhan, ampunilah hamba)."
3. ILTIMAS: kalimat ajakan, ditujukan dari pihak yang setara dengan pihak yang dituju. Semisal ajakan seseorang kepada temannya, "Qum wa baadir ya shodiqi (Bangkit dan bergegaslah, kawanku)!"
Sebagai anggota masyarakat, kita musti betul-betul bijak kapan memakai lafadz amr, kapan harus berlafadz du'a dan kapan menggunakan pendekatan iltimas. Jika berperan sebagai da'i (pendakwah; orang yang melakukan du'a), apalagi di tengah masyarakat yang sangat awam, maka jangan pernah memakai pendekatan amr (perintah).
Jangan sampai merasa lebih tinggi dari masyarakat sehingga berlagak memerintah mereka. Sebaliknya, posisikan diri lebih rendah dan pakailah pendekatan du'a, memohon, selayaknya pelayan bagi mereka. Atau paling pol berposisi setara dengan mereka, dan menggunakan pendekatan iltimas, ajakan, selayaknya teman.
CAKUPAN MAKNA KATA
KULL: kolektif (semua), pernyataan yang bermakna keseluruhan dan berlaku secara bersama-sama. Misalnya; "Para santri menggotong bedug." Artinya, seluruh santri dalam kalimat tersebut melakukan suatu hal secara bersama-sama, yakni menggotong bedug.
KULLIYYAH: individual (setiap), pernyataan yang bermakna keseluruhan dan berlaku secara sendiri-sendiri. Misalnya; "Para santri membawa buku." Artinya, seluruh santri dalam kalimat tersebut melakukan suatu hal yang sama secara sendiri-sendiri, membawa bukunya masing-masing.
JUZ: pernyataan yang bermakna bagian penyusun dari sesuatu. Misalnya; "Atap adalah bagian dari rumah."
JUZ-IYYAH: pernyataan yang bermakna sebagian dari sesuatu. Misalnya; "Kambing adalah bagian dari binatang."
Dari kategori ini bisa dipahami bahwa ada saatnya kita semua perlu bergotong royong, melakukan suatu hal secara bersama-sama (kull). Tapi ada saatnya kita lakukan hal yang sama tapi dilaksanakan secara mandiri (kulliyyah). Sebagaimana ibadah, ada yang perlu berjamaah, ada yang cukup diendapkan sendiri.
Kita juga musti sadar diri, dan berupaya menjadi bagian penyusun (juz) suatu struktur masyarakat, yang punya peran mengokohkan, melengkapi, atau menghiasi. Tidak sekadar menjadi bagian yang tidak berperan apapun (juziyyah), yang ada dan tiadanya tidak ada bedanya.
Wallahu a'lam.
___
ISTILAH:
Mufrod: kata tunggal
Murokkab: kata majemuk
Mutawathi: kesamaan makna secara mutlak
Musyakkik: kesamaan makna dengan perbedaan keadaan
Mutakholif: perbedaan lafadz dan makna
Mutarodif: perbedaan lafadz dengan kesamaan makna
Musytarok: satu lafadz dengan banyak makna
Naqish: kalimat tak sempurna; frase
Tam: kalimat sempurna
Khobar: kalimat informatif searah
Tholab: kalimat timbal balik
Amr: kalimat perintah
Du'a: kalimat permohonan
Iltimas: kalimat ajakan
Kull: bermakna keseluruhan dan berlaku secara bersama-sama
Kulliyyah: bermakna keseluruhan dan berlaku sendiri-sendiri
Juz: bermakna bagian penyusun sesuatu
Juz-iyyah: bermakna sebagian dari sesuatu
__
Ngaji Manthiq Sullamul Munawraq
Kelas III Aliyah MHM Kalibening
Sabtu 16 Juli 2022