Healing Dengan Zikir - #MajlisanKBQT (1)

Secara bahasa, "healing" berarti proses penyembuhan dari luka atau sakit. Tapi ternyata istilah ini lebih ditujukan sebagai proses pemulihan gangguan psikologis.


Self healing, demikian lengkapnya, ialah sebuah proses penyembuhan luka batin yang bisa mengganggu kondisi emosi seseorang. Semisal luka yang disebabkan oleh trauma, kekecewaan, atau rasa bersalah.


LUKA BATIN


Luka batin jika dibiarkan, tidak disembuhkan, atau dipendam dan diabaikan bisa fatal akibatnya. Ibarat luka fisik yang bisa menyebabkan infeksi hingga kematian. Luka batin juga bisa membahayakan jiwa. Bahkan bisa menyebabkan psikosomatik, yakni gangguan kesehatan atau penyakit fisik sebab masalah kejiwaan.


Saat luka batin sudah terasa maka healing menjadi penting. Penyembuhan jiwa itu bisa dengan mengasingkan diri dari keramaian, mengendapkan diri senyaman mungkin dalam keheningan, bermeditasi, serta bersyukur dan memaafkan diri sendiri. Intinya adalah menenangkan pikiran dan menjernihkan hati.


Sayangnya, bagi kebanyakan orang istilah healing identik dengan plesir. Memang rekreasi bisa jadi salah satu cara healing, tapi bukan jalan-jalannya yang bisa menyembuhkan, melainkan ketenangan pikiranlah penawarnya. Itu pun sebenarnya tidak betul-betul healing dari luka batin, melainkan sekadar pelepas penat dari rutinitas, atau pelarian sementara dari kenyataan hidup.


Padahal healing bagi manusia modern menjadi salah satu kecakapan yang perlu dikuasai. Ia menjadi benteng batin saat menghadapi masalah. Ia menjadi solusi saat hidup mentok di jalan buntu.


Sebagai tuntunan hidup, Islam memberi tuntunan healing yang sederhana, praktis, ampuh, dan murah meriah. Yaitu tafakur (perenungan) dan tadzakur (berzikir).


TAFAKUR


Merenung atau berpikir mendalam sangat dianjurkan dalam Islam. Terutama merenungkan keagungan Allah dengan segenap ciptaan-Nya.


ان في خلق السموات والارض واختلاف الليل والنهار لايات لأولى الالباب الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السموات والارض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار


Saat disergap kekecewaan, keputusasaan, kesedihan atas masa lalu atau kekuatiran atas masa depan, kita patut merenungkan fenomena di sekitar kita. Lihatlah bagaimana semut-semut saling bahu membahu membangun sarangnya.


Atau bagaimana laba-laba bersabar menunggu mangsanya. Atau bagaimana ayam-ayam bersemangat mengais rejekinya. Atau bagaimana cicak yang menempel di tembok menikmati laron-laron yang bersayap.


Atau lihatlah bagaimana teraturnya bintang-bintang di cakrawala dan betapa kecilnya kita. Betapa kerdilnya segenap masalah-masalah kita di hadapan singgasana alam raya. Betapa sepelenya keluhan kita di hadapan keagungan dan kemurahan Allah Ta'ala.


Maka betullah kata syair;


قل يا عظيم انت العظيم قد همنا هم عظيم

وكل هم همنا يهون باسمك يا عظيم


"Katakanlah; wahai Yang Mahaagung, Engkaulah Dzat Yang Mahaagung. Sungguh telah menerpa kami kegundahan yang berat. Namun seluruh kegundahan itu sepele di hadirat Nama-Mu wahai Yang Mahaagung."


BERZIKIR


Zikir adalah tentang bagaimana batin kita terhubung dengan Allah. Yakni dengan menyebut-nyebut nama-Nya dan menyadari kehadiran-Nya. Bahkan tafakur juga bisa menjadi salah satu bentuk berzikir jika memang puncaknya adalah menyadari keagungan Allah.


Jika dihayati betul, maka zikir ini menjadi metide healing yang sangat ampuh. Sebagaimana jelas-jelas disebutkan fek zikir sebagai penenang hati,


الا بذكر الله تطمأن القلوب


"Ingatlah, dengan mengingat Allah tenanglah batin."


Islam memberikan tuntunan zikir dalam kehidupan sehari-hari untuk membiasakan kita agar selalu sadar atas kehadiran Allah.


Tiap hendak melakukan segala hal baik, kita dituntun untuk membaca basmalah.


بسم الله الرحمن الرحيم


"Dengan Nama Allah Yang Maha Penyayang."


Selain agar kita selalu menjiwai kasih sayang dalam segala kegiatan, juga supaya jangan sampai putus asa saat malang melanda.


ولا تيأسوا من رحمة الله


"Dan janganlah kau putus asa dari kasih sayang Allah."


Saat merasa bersalah, berdosa, atau kecewa pada diri sendiri, kita diberi resep istighfar; mohon ampun kepada Allah.


استغفر الله العظيم


"Aku mohon ampun kepada Allah."


Sehingga kita tidak terus-terusan terpuruk atas kesalahan yang pernah diperbuat. Kita bisa bangkit bersemangat untuk melanjutkan dan memperbaiki hidup.


Kita juga dianjurkan memperbanyak shalawat atas Nabi Muhammad. Sebagai satu upaya menyambungkan batin dengan beliau, sekaligus mengenang betapa tidak mudahnya perjuangan beliau.


صلى الله على محمد


"Rahmat Allah terlimpah atas Nabi Muhammad."


Segala kegundahan kita tidak ada apa-apanya dibanding dengan perjuangan yang beliau hadapi. Sebagai seorang anak yatim yang ditinggal ibu-bapaknya sejak kecil. Sebagai penyeru kebenaran di tengah caci maki dan siksaan. Sebagai pemimpin yang adil dan mempersatukan.


Adapun zikir paling utama, tentulah penegasan atas kemahatunggalan Allah, ikrar bahwa dialah satu-satunya sandaran kita, satu-satunya tempat bergantung yang Mahaabadi dan Mahakokoh.


لا اله الا الله


"Tiada tuhan selain Allah."


Kita pula patut banyak bersyukur atas segala anugerah-Nya. Baik yang kita sadari atau tidak. Baik yang sudah dirasakan atau belum. Bahwa segala kenikmatan itu jauh lebih banyak dibanding kesusahan yang kita rasakan.


سبحان الله وبحمده


"Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya."


Lalu kita juga menegaskan kelemahan diri, ketidaksanggupan daya, keterbatasan upaya, jika tanpa pertolongan dari Allah.


لا حول ولا قوة الا بالله


"Tiada daya dan kekuatan selain dengan Allah."


Zikir ini, kata Nabi, adalah pencegah dari sembilan puluh sembilan ancaman, yang paling ringan adalah ancaman kegundahan dan kefakiran atau rasa tak pernah cukup. Dua hal ini; gundah dan fakir, adalah sumber segala penyakit kejiwaan.




HEALING PARA NABI


Jika jiwa kita sudah mapan dan luka batin kita sudah pulih, baik dengan tafakur maupun berzikir, maka secara alamiah kita akan bertemu jalan keluar. Ibarat terjebak dalam goa yang gelap, tafakur dan zikir adalah lentera penerang.


Ketika kita sedang panik, pengap, dan hampir putus asa, lalu menyalakan pelita zikir dan tafakur. Kemudian nampaklah remang-remang lorong menuju jalan keluar.


Sebagaimana Nabi Adam ketika menerjang pantangan Tuhan dengan menyantap buah Khuldi. Rasa sesal menyiksa batin beliau, dan diobati dengan pengakuan tulus dan sembah sujud;


ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين


"Duhai Tuhan kami, kami telah menzalimi dirinkami. Jikalau tidak Engkau ampuni dan kasihi kami, tentulah kami termasuk orang-orang merugi."


Atau seperti Nabi Ya'qub yang dirundung duka sebab kehilangan putra terkasih, Yusuf. Sampai-sampai menderas tangisnya dan buta penglihatannya. Namun beliau berserah kepada Tuhan,


انما اشكو بثي وحزني الى الله


"Sungguh semata-mata kuadukan kepedihan dan kesedihanku hanya kepada Allah."


Atau seperti Nabi Ayyub yang ditimpa cobaan bertubi-tubi. Harta bendanya ludes, keluarga meninggalkannya, penyakit menjangkiti tubuhnya. Dalam keadaan lemah tak berdaya, beliau bersandar total kepada Allah,


اني مسني الضر وانت ارحم الراحمين


"Sungguh telah menerpaku penyakit, dan Engkaulah Yang Maha Pengasih."


Atau seperti Nabi Yunus yang tak diacuhkan oleh kaumnya, dikucilkan dan dibuang dari kapal, tenggelam di kegelapan samudra, hingga terhimpit di dalam perut ikan. Hampir tiada lagi jalan keluar, sampai beliau membisikkan keberserahan,


لا اله الا انت سبحنك اني كنت من الظالمين


"Tiada tuhan selain Engkau, mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."


Demikianlah. Agama itu solusi dari Tuhan untuk kita. Minimal menjadi solusi bagi peperangan batin di dalam diri kita masing-masing.


__

Tawasi Sabtu

KBQT Salatiga, 16 Juli 2022

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya