Tawaran Untuk Persekolahan di Indonesia #KBQTDiary (61)

Ada empat tahap penerapan Kurikulum Merdeka bagi satuan pendidikan sesuai kemampuan dan kondisi. Tahap pungkasan adalah ketika sekolah bisa menyusun kurikulumnya sendiri. Nah, di KBQT malah sudah melampaui itu, sebab setiap individu warga belajarlah yang menyusun kurikulumnya sendiri.

Begitu kira-kira yang kusampaikan di tengah forum pleno Badan Akreditasi Nasional PAUD Dikdasmen tempo hari (Selasa, 19/9/2023), yang dituanrumahi Pak Bahruddin (pendiri KBQT) dan dimoderatori Pak Totok (Ketua BAN PDM Kemendikbud RI)

Setelah selesai bercerita, ada banyak pertanyaan penting yang diajukan dari peserta pleno terkait praktik belajar ala KBQT. Namun karena waktu yang singkat, sedangkan masih ada Mas Arfian Fuadi (DTech Engineering) dan Bu Tri Mumpuni (BRIN) yang belum bicara, maka pertanyaan-pertanyaan itu tak sempat kutanggapi.


Melalui catatan ini, kucoba sedikit menanggapi pernyataan dan pertanyaan yang masih kuingat.

"SEBAGAI PKBM YANG ANAK-ANAKNYA MENYUSUN KURIKULUM SENDIRI BAHKAN MELAKUKAN EVALUASI SENDIRI, APAKAH KBQT JUGA MENGGUNAKAN STANDAR-STANDAR YANG SUDAH DIBUAT OLEH BADAN AKREDITASI?"

Sejak awal berdiri, sekitar 20 tahun lalu, sebagai lembaga pendidikan nonformal KBQT belum terakreditasi sebab tidak layak. Meskipun pendirinya sudah jadi anggota BAN.

Kenapa tak layak? Karena instrumen akreditasi saat itu berfokus pada hal-hal administratif. Tentu saja KBQT tidak akan pernah layak jika akreditasi melulu menilai kesediaan meja-kursi, papan tulis, dan plang nama.

Barulah pada tahun 2022 kemarin, ketika instrumen akreditasi sudah direformasi dengan fokus pada performa, KBQT akhirnya terakreditasi A (unggul). Bagaimana tidak, lha wong karyanya seabreg.

Untungnya, kegiatan-kegiatan dan karya-karya yang terlahir dari KBQT terdokumentasi dengan apik. Berupa foto, video, maupun cetak, tersimpan di komoputer ataupun terunggah di internet. Semua dokumentasi itu sangat membantu proses visitasi asesor tahun lalu.

Nah, uniknya, saat asesor menyodorkan 4 poin performa sesuai standar-standar akreditasi terbaru untuk PAUD-PNF, KBQT bisa memenuhi semua poin itu dengan komplit sesuai dokumentasi yang ada. Yakni poin kompetensi peserta didik dan lulusan, poin kebermaknaan bagi masyarakat, poin responsif terhadap kebutuhan warga belajar, serta poin inovasi dan kepeloporan.

"KEMERDEKAAN BELAJAR DI KBQT APAKAH BISA DIREPLIKASI DI TEMPAT LAIN, TERUTAMA DI LINGKUNGAN PERSEKOLAHAN FORMAL?"

KBQT tidak punya gedung yang bagus, ruang kelas yang lengkap, laboratorium yang canggih, apalagi gelora olah raga dan kolam renang. Tapi anak-anak tetap bisa manfaatkan embung Senjoyo jadi kolam renang, lapangan Kalibening jadi GOR, pendopo kelurahan jadi kelas, dan sawah jadi laboratorium. Sedangkan fasilitas paling mewah yang dimiliki KBQT adalah kemerdekaan belajar.

Justru karena model belajar ala KBQT tidak tergantung pada fasilitas fisik dan keahlian sosok, ia bisa direplikasi dimanapun, seterpencil apapun daerahnya. Bahkan gaya belajar semacam ini tidak hanya cocok untuk lingkup komunitas belajar nonformal, tapi bisa juga diterapkan di lembaga satuan pendidikan formal. Ya kalau mau.

Tapi memang sekolah formal menghadapi tantangannya sendiri. Selama budaya pendidikannya masih menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, serta penyeragaman mata pelajaran sebagai proses belajar, maka merdeka belajar yang efektif dan inovatif akan lebih lambat terwujud.

Syarat utama merdeka belajar ala KBQT adalah pemosisian murid sebagai aktor utama proses belajar. Bukan guru, sekolah, apalagi pemerintah. Keberadaan guru pun bukan menjadi pengajar atau sumber pengetahuan, melainkan sekadar menjadi pendamping belajar yang bertugas memotivasi, menemani, dan mengapresiasi.

"KBQT MENJADI SOLUSI BAGI ANAK-ANAK YANG TIDAK COCOK DENGAN NUANSA BELAJAR AKADEMIK DAN TERSTRUKTUR."

Banyak juga sih warga KBQT yang senang belajar akademik. Seperti matematika, sains, biologi, sejarah, psikologi, dan lainnya. Bedanya, mereka mendalami pelajaran itu atas keminatan mereka sendiri, serta membuat struktur belajarnya sendiri.

Mereka yang lebih senang belajar keterampilan praktis seperti musik, kerajinan tangan, olahraga, fotografi, atau film juga bukan berarti tidak terstruktur. Mereka menciptakan alur dan strukturnya sendiri.

Intinya, mau akademik atau skill praktik, warga belajar KBQT secara aktif menciptakan struktur belajarnya sendiri. Mereka tidak menjadi siswa yang pasif dan menjalani struktur yang dibuatkan otoritas persekolahan.

"APA SARAN YANG BISA DITAWARKAN UNTUK BADAN AKREDITASI DAN PERSEKOLAHAN FORMAL?"

Untuk badan akreditasi, sudah sangat baik untuk tidak terlalu mencampuri dan menstandarkan segalanya, sampai kepada hal-hal detil yang tidak prinsip. Sebagaimana reformasi akreditasi yang sudah berlaku di BAN PAUD-PNF periode yang lalu. Ketika instrumen akreditasi lebih menagih performa, maka semua satuan pendidikan seindonesia akan berlomba menunjukkan performa terbaiknya.

Untuk persekolahan, segeralah beranikan diri untuk merdeka belajar. Mumpung lagi diberi kesempatan yang sangat luas. Minimal, buatkan momen khusus bagi siswa untuk membuat target belajarnya sendiri, atau untuk berbagi ide atas masalah riil yang dihadapi, atau untuk menyusun proyek karya sesuai minat dan bakatnya.

Gampang kok! Tidak susah. Luangkan waktu sehari dalam sepekan untuk kegiatan merdeka semacam itu. Bagi tugas satu guru menemani 10-15 siswa sebagai pendamping. Kalau sudah dimulai, lihat saja, kegiatan itu akan jadi bola salju yang terus menggelinding, membesar, hingga melonjakkan kreativitas dan inovasi siswa di sekolah! Tak percaya? Buktikan saja!

___

Kalibening, 22 September 2023

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya