Dua Sayap Kelinci Terbang - KBQTDiary #63

Kemarin sore, aku sempat nguping para pendekar di UIN Raden Mas Said Solo yang berbincang tentang masalah kesehatan mental. Bahwa tingkat depresi anak muda, khususnya remaja usia sekolah, tahun-tahun ini sungguh sangat mengkhawatirkan.

Taraf depresi mereka tidak hanya berupa kecemasan dan kemurungan, tapi sudah sampai pada aksi menyakiti diri sendiri, bahkan kecenderungan untuk bunuh diri. Mendengar obrolan itu, semakin kuyakin bahwa sekolah adalah lembaga yang wajib pekerjakan psikolog. Atau minimal kerjasama untuk memberi layanan psikologi kepada siswanya. Syukur kalau mau upgrade kualitas guru BK setara psikolog profesional.

Lalu bagaimana solusinya? Salah satunya, dalam obrolan itu, adalah dengan menyegarkan dan meluaskan cara pandang generasi muda terhadap hidup. Misalnya dengan menyebarkan ajaran Kawruh Jiwa ala Ki Ageng Suryomentaram melalui berbagai media. Syukur kalau bisa jadi bahan diskusi bersama kawula muda di sekolah-sekolah dan ruang-ruang publik lain.

Nah, siang ini aku malah ketemu momen semacam itu. Yakni saat mendampingi teman-teman Kelas Literasi KBQT di acara bedah buku "Kelinci Terbang Ingin Pulang" , karya terbaru Mbak Galuh Ayu. Turut hadir Mas Sabar Subardi, pelukis kaki kenamaan Salatiga yang membedah buku ini dari sisi sastra. Juga ada Mas Emannuel Satyo, dosen psikologi UKSW yang membedah buku ini dari sisi kesehatan mental.

Mbak Galuh mencoba tegaskan bahwa 'kelinci' pun bisa 'terbang', dengan cita-citanya, harapannya, keinginannya, ambisinya. Namun ambisi itu jangan sampai menjadi bumerang yang justru membuat si kelinci jadi tidak bahagia, tidak menerima kegagalan. Tetap harus ada penerimaan atas keadaan, sepahit apapun.

Mas Sabar mengapresiasi karya ini sebab tidak menyinggung masalah disabilitas fisik, melainkan problem psikis yang bisa menghinggapi semua orang. Ia melengkapi dengan berbagi falsafah hidupnya. Bahwa; nikmatilah apa yang tersaji. Hadirlah di masa kini. Jangan terpuruk atas kesialan di masa lalu, jangan pula terlampau cemas atas apa yang belum terjadi.

Buku ini, kata Mas Satyo, jelas-jelas adalah buku psikologi yang dibungkus melalui cerita yang sangat menarik dan mudah dicerna oleh siapapun. Ia mendukung pesan-pesan Mbak Galuh dan Mas Sabar dengan mengutip ajaran-ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang penerimaan dan kemasakinian.

Obrolan ini mengingatkanku tentang konsep roja' dan khouf dalam ilmu tasawuf. Roja' ialah harapan, cita-cita, semangat merencanakan target dan tujuan. Sedangkan khouf adalah kewaspadaan, kesiapan menghadapi kegagalan, kepasrahan, penerimaan atas segala fakta dan keadaan. Dua hal itulah, kata para guru, yang bisa menjadi sayap yang aman bagi kita untuk menghadapi hidup. Agar selamat dan tetap terbang, tidak oleng dan terpuruk ke dalam jurang.



Hampir semua peserta acara ini adalah anak muda, Gen-Z, termasuk remaja KBQT yang kulihat sangat tersentuh dari ekspresi mereka. Lebih istimewa lagi, acara ini disuguhi monolog teatrikal dari Mbak Maya, yang sangat menghidupkan narasi cerita. Kulihat teman-teman terhanyut berkaca-kaca.

Kuharap Mbak Galuh bisa safari bedah buku ini di sekolah-sekolah, kampus-kampus, pesantren-pesantren, untuk menjadi cahaya bagi mereka yang mungkin sedang merasa gelap gulita.

Salatiga, 15 Oktober 2023

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya