"Apa artinya raja yang miskin?! Kita butuh uang dari minyak ini! Apa kau mau terus-terusan melihat rakyat kita mati karena kolera sebab tidak adanya rumah sakit?! Apa kau tidak mau melihat anak-anak kita sekolah di tempat yang layak? Apa kau mau melihat wanita-wanita meninggal saat melahirkan seperti istriku?!" (Sultan Nesib, raja Hobeika)
"Allah menciptakan minyak di dalam bumi kita tentu agar kita bisa memperbaiki kehidupan kita di dunia ini!" ----- "Tidak! Tidak! Kita tidak punya tanggungan untuk memperbaiki kehidupan duniawi ini! Itu semua hanya kenikmatan sementara!" (Perdebatan Audah dengan para syaikh)
"Kau tahu? Orang-orang dari Texas itu juga mendatangiku. Yang mereka omongkan hanya uang, uang, dan uang. Mereka menawariku proyek minyak itu. Aku bilang; apa yang bisa kuperbuat dengan semua uang itu, sedangkan aku sudah dikaruniai ribuan berkah. Nak, uang tak bisa membeli apa yang betul-betul berharga, itu hanya bisa didapat dengan darah atau cinta." (Sultan Amar, raja Salmaah)
"Ali! Ali!" --- "Ah, sepertinya peluru itu menembus tubuhku, aku tidak suka kegelapan.." --- "Ali! Dengar aku!" --- "Ah.. semua mulai gelap, Audah.." --- "Kalau nanti malaikat mendatangimu dan bertanya siapa Tuhanmu, kau jawab apa?" --- "Ah.." --- "Ali, jawab!" --- "Allah.." --- "Kalau kau ditanya siapa nabimu, kau jaab apa?" --- "Oh.. Muhammad.." --- "Lalu kau ditanya apa agamamu?" --- "Islam.." (dialog sakaratul maut dokter Ali di pangkuan Audah)
-----
Menarik. Tokoh utama dalam film rilisan Nigeria ini adalah seorang kutu buku yang dipaksa takdir untuk menjadi pejuang berpedang. Ia bisa membaca logika politik dan taktik tempur maupun lobi dengan baik.
Ia berhasil mempersatukan suku-suku pinggiran serta memerdekakan perbudakan dengan modal kejujuran dan pengetahuan. Ia juga berhasil mengkompromikan antara pandangan tradisionalis dan kapitalis melalui pengelolaan aset secara kooperatif. Bukan bergaya barbar yang asal bantai, ia lebih memilih opsi solusi moderat dengan jalan damai.
"Allah menciptakan minyak di dalam bumi kita tentu agar kita bisa memperbaiki kehidupan kita di dunia ini!" ----- "Tidak! Tidak! Kita tidak punya tanggungan untuk memperbaiki kehidupan duniawi ini! Itu semua hanya kenikmatan sementara!" (Perdebatan Audah dengan para syaikh)
"Kau tahu? Orang-orang dari Texas itu juga mendatangiku. Yang mereka omongkan hanya uang, uang, dan uang. Mereka menawariku proyek minyak itu. Aku bilang; apa yang bisa kuperbuat dengan semua uang itu, sedangkan aku sudah dikaruniai ribuan berkah. Nak, uang tak bisa membeli apa yang betul-betul berharga, itu hanya bisa didapat dengan darah atau cinta." (Sultan Amar, raja Salmaah)
"Ali! Ali!" --- "Ah, sepertinya peluru itu menembus tubuhku, aku tidak suka kegelapan.." --- "Ali! Dengar aku!" --- "Ah.. semua mulai gelap, Audah.." --- "Kalau nanti malaikat mendatangimu dan bertanya siapa Tuhanmu, kau jawab apa?" --- "Ah.." --- "Ali, jawab!" --- "Allah.." --- "Kalau kau ditanya siapa nabimu, kau jaab apa?" --- "Oh.. Muhammad.." --- "Lalu kau ditanya apa agamamu?" --- "Islam.." (dialog sakaratul maut dokter Ali di pangkuan Audah)
-----
Menarik. Tokoh utama dalam film rilisan Nigeria ini adalah seorang kutu buku yang dipaksa takdir untuk menjadi pejuang berpedang. Ia bisa membaca logika politik dan taktik tempur maupun lobi dengan baik.
Ia berhasil mempersatukan suku-suku pinggiran serta memerdekakan perbudakan dengan modal kejujuran dan pengetahuan. Ia juga berhasil mengkompromikan antara pandangan tradisionalis dan kapitalis melalui pengelolaan aset secara kooperatif. Bukan bergaya barbar yang asal bantai, ia lebih memilih opsi solusi moderat dengan jalan damai.
