Oleh: @ziatuwel
Ini adalah kisah mengharukan tentang seorang wanita yang menyelamatkan sebuah spesies redwood (pohon raksasa) terakhir. Ia tinggal di atas pohon itu selama 738 hari!
Dua tahun lalu, Julia Hill yang dijuluki ‘Si Kupu-kupu’, seorang gadis berusia 23 tahun memanjat pohon raksasa Sequoia berusia 1500 tahun setinggi 60 meter di utara California. Ia menolak turun sampai tuntutannya dipenuhi, yakni menolak perusahaan kayu menebang pohon tersebut. Julia menyangka perusahaan akan menyerah setelah seminggu. Ternyata tidak. Sampailah ia bertahan di pohon itu hingga dua tahun lamanya. Baru kemudian setelah 738 hari perusahaan kayu menyerah.
Selama tinggal di atas pohon, Julia bertengger dari dahan ke dahan, tak sekalipun turun menginjak tanah. Di atas pohon, dia membuat gubuk berukuran 1x2 meter yang ditutup terpal. Dalam masa itu, ia berhasil bertahan dari hembusan badai El Nino, diganggu oleh helikopter, diintimadasi oleh para penebang liar, hingga mendapat ancaman pembunuhan.
Meskipun di atas pohon kedinginan dan kelaparan, dia tak menyerah. Untuk mengantar makanan, para relawan harus mendaki sejauh 4 kilometer hingga sampai ke lokasi. “Terkadang rasa takut dan kesulitan-kesulitan di atas pohon membuatku menangis terisak sambil meringkuk,” tulis Julia dalam bukunya, The Legacy of Luna.
Pohon yang ia namai ‘Luna’ ini adalah salah satu jenis pohon dari sedikit yang tersisa di planet bumi. Penebangan dan pertanian modern telah membabat sekitar 1 juta hektar hutan redwood yang dulu pernah menyelimuti California. Dengan hilangnya 97% populasi redwood ini, Julia paham betul bahwa keberadaan Luna adalah simbol perlawanan hidup-mati dari sebuah pohon tertinggi dan tertua di dunia.
Awal Mula Naik ke Atas Pohon
Pada awalnya, sebuah kelompok aktivis pemerhati lingkungan membuat suatu program. Yakni menggilir para aktivis untuk kemping di dekat pohon redwood itu. Tiap aktivis mendapat jatah satu sampai dua hari, tujuannya untuk mencegah para penebang dari Pacific Lumber Company (PLC) menebang pohon tersebut. Kelompok ini membuka kesempatan bagi relawan-relawan lain untuk menempati pohon tersebut selama tiga minggu.
Dalam sayembara gratisan tersebut, Julia mendaftar. Tidak ada orang lain yang mau selain dia. Awalnya pihak penyelenggara pesimis melihat latar belakang Julia, sebab ia hanya anak rumahan yang menjalani pendidikan homeschool. Namun mereka salah, ternyata Julia adalah orang yang tepat.
Di atas pohon, Julia memanfaatkan perangkat tenaga surya sehingga ia tetap bisa berkomunikasi dengan dunia luar, sampai-sampai bisa menarik perhatian media seluruh dunia. Ia mengatakan, “Kalau saya terus berdebat dengan bahasa politik, gagasan, atau sains dalam membela lingkungan, maka kita semua hanya akan saling berlawanan satu sama lain. Maka saya memilih bergerak sesuai nurani, hati, dan jiwa. Sebab semua orang pasti memahami bahasa cinta.”
Tentu saja upaya Julia bukan hal yang mudah. Para penebang dari PLC mengintimidasinya, sambil terus menebangi pohon di sekeliling pohon yang ditempati Julia. Mereka menganggap Julia hanya aktivis lingkungan nyeleneh yang dekil dan gila. Namun Julia tetap bertahan, dia tetap mengajak mereka bicara, bahkan kadang bernyanyi untuk mereka. Pendekatan ini membuat para penebang tidak lagi meneriaki atau mencemooh Julia. Mereka berubah menaruh hormat, bahkan ada yang jatuh cinta pada Julia hingga berhenti dari pekerjaannya sebagai penebang PLC.
“Dia tidak begitu suka disorot media. Setelah keluar dari PLC, dia sekarang pindah ke Alaska. Di dalam jiwanya ada keindahan, dan keindahan itu telah bangkit siuman,” kata Butterfly tentang pria itu.
Turun dari Pohon
Karir Julia sebagai pemeluk pohon selama dua tahun dalam rangka menyadarkan khalayak, khususnya John Campbell selaku CEO dari PLC. Bahwa penebangan redwood sangat merugikan lingkungan. Namun Campbell berdalih bahwa pada 1996 ada tujuh rumah yang longsor tepat di bawah pohon redwood itu. Artinya, menurut Campbell, “Anda tidak bisa mengatakan bahwa penebanganlah yang menyebabkan longsor.”
Dibantah oleh Julia dengan menjelaskan sistem akar pepohonan di hutan yang menjadi penjaga kelembaban tanah. Katanya kepada Campbell, “Saya memang tidak punya gelar kesarjanaan dalam bidang sains. Tapi siapapun juga tahu bahwa suatu spons tidak akan bisa lagi menyerap air lebih banyak jika ia dibelah separo.”
Akhirnya, setelah dua tahun diberitakan dengan buruk, PLC setuju untuk tidak menebang Si Pohon ‘Luna’ maupun pohon redwood lain serta satu hektar belukar di sekitarnya. Belakangan, Julia ‘Si Kupu-kupu’ menjadi seleb di kalangan pencinta lingkungan maupun seniman. Banyak film, lagu, dokumentar, bahkan novel yang terinspirasi dari aksinya. Ketulusan hatinya tekah mempengaruhi hati banyak orang dan menginspirasi seluruh dunia. [ziatuwel.com]
Video dokumenter tentang Julia bisa ditonton di sini:
Ini adalah kisah mengharukan tentang seorang wanita yang menyelamatkan sebuah spesies redwood (pohon raksasa) terakhir. Ia tinggal di atas pohon itu selama 738 hari!
Dua tahun lalu, Julia Hill yang dijuluki ‘Si Kupu-kupu’, seorang gadis berusia 23 tahun memanjat pohon raksasa Sequoia berusia 1500 tahun setinggi 60 meter di utara California. Ia menolak turun sampai tuntutannya dipenuhi, yakni menolak perusahaan kayu menebang pohon tersebut. Julia menyangka perusahaan akan menyerah setelah seminggu. Ternyata tidak. Sampailah ia bertahan di pohon itu hingga dua tahun lamanya. Baru kemudian setelah 738 hari perusahaan kayu menyerah.
Selama tinggal di atas pohon, Julia bertengger dari dahan ke dahan, tak sekalipun turun menginjak tanah. Di atas pohon, dia membuat gubuk berukuran 1x2 meter yang ditutup terpal. Dalam masa itu, ia berhasil bertahan dari hembusan badai El Nino, diganggu oleh helikopter, diintimadasi oleh para penebang liar, hingga mendapat ancaman pembunuhan.
Meskipun di atas pohon kedinginan dan kelaparan, dia tak menyerah. Untuk mengantar makanan, para relawan harus mendaki sejauh 4 kilometer hingga sampai ke lokasi. “Terkadang rasa takut dan kesulitan-kesulitan di atas pohon membuatku menangis terisak sambil meringkuk,” tulis Julia dalam bukunya, The Legacy of Luna.
Pohon yang ia namai ‘Luna’ ini adalah salah satu jenis pohon dari sedikit yang tersisa di planet bumi. Penebangan dan pertanian modern telah membabat sekitar 1 juta hektar hutan redwood yang dulu pernah menyelimuti California. Dengan hilangnya 97% populasi redwood ini, Julia paham betul bahwa keberadaan Luna adalah simbol perlawanan hidup-mati dari sebuah pohon tertinggi dan tertua di dunia.
Awal Mula Naik ke Atas Pohon
Pada awalnya, sebuah kelompok aktivis pemerhati lingkungan membuat suatu program. Yakni menggilir para aktivis untuk kemping di dekat pohon redwood itu. Tiap aktivis mendapat jatah satu sampai dua hari, tujuannya untuk mencegah para penebang dari Pacific Lumber Company (PLC) menebang pohon tersebut. Kelompok ini membuka kesempatan bagi relawan-relawan lain untuk menempati pohon tersebut selama tiga minggu.
Dalam sayembara gratisan tersebut, Julia mendaftar. Tidak ada orang lain yang mau selain dia. Awalnya pihak penyelenggara pesimis melihat latar belakang Julia, sebab ia hanya anak rumahan yang menjalani pendidikan homeschool. Namun mereka salah, ternyata Julia adalah orang yang tepat.
Di atas pohon, Julia memanfaatkan perangkat tenaga surya sehingga ia tetap bisa berkomunikasi dengan dunia luar, sampai-sampai bisa menarik perhatian media seluruh dunia. Ia mengatakan, “Kalau saya terus berdebat dengan bahasa politik, gagasan, atau sains dalam membela lingkungan, maka kita semua hanya akan saling berlawanan satu sama lain. Maka saya memilih bergerak sesuai nurani, hati, dan jiwa. Sebab semua orang pasti memahami bahasa cinta.”
Tentu saja upaya Julia bukan hal yang mudah. Para penebang dari PLC mengintimidasinya, sambil terus menebangi pohon di sekeliling pohon yang ditempati Julia. Mereka menganggap Julia hanya aktivis lingkungan nyeleneh yang dekil dan gila. Namun Julia tetap bertahan, dia tetap mengajak mereka bicara, bahkan kadang bernyanyi untuk mereka. Pendekatan ini membuat para penebang tidak lagi meneriaki atau mencemooh Julia. Mereka berubah menaruh hormat, bahkan ada yang jatuh cinta pada Julia hingga berhenti dari pekerjaannya sebagai penebang PLC.
“Dia tidak begitu suka disorot media. Setelah keluar dari PLC, dia sekarang pindah ke Alaska. Di dalam jiwanya ada keindahan, dan keindahan itu telah bangkit siuman,” kata Butterfly tentang pria itu.
Turun dari Pohon
Karir Julia sebagai pemeluk pohon selama dua tahun dalam rangka menyadarkan khalayak, khususnya John Campbell selaku CEO dari PLC. Bahwa penebangan redwood sangat merugikan lingkungan. Namun Campbell berdalih bahwa pada 1996 ada tujuh rumah yang longsor tepat di bawah pohon redwood itu. Artinya, menurut Campbell, “Anda tidak bisa mengatakan bahwa penebanganlah yang menyebabkan longsor.”
Dibantah oleh Julia dengan menjelaskan sistem akar pepohonan di hutan yang menjadi penjaga kelembaban tanah. Katanya kepada Campbell, “Saya memang tidak punya gelar kesarjanaan dalam bidang sains. Tapi siapapun juga tahu bahwa suatu spons tidak akan bisa lagi menyerap air lebih banyak jika ia dibelah separo.”
Akhirnya, setelah dua tahun diberitakan dengan buruk, PLC setuju untuk tidak menebang Si Pohon ‘Luna’ maupun pohon redwood lain serta satu hektar belukar di sekitarnya. Belakangan, Julia ‘Si Kupu-kupu’ menjadi seleb di kalangan pencinta lingkungan maupun seniman. Banyak film, lagu, dokumentar, bahkan novel yang terinspirasi dari aksinya. Ketulusan hatinya tekah mempengaruhi hati banyak orang dan menginspirasi seluruh dunia. [ziatuwel.com]
Video dokumenter tentang Julia bisa ditonton di sini: