Sanad Syadziliyyah Kiai Asnawi Weleri

Jika sedang berkunjung ke kampung halaman bapak, Desa Plompong - Sirampog - Brebes, aku pasti ikut jamaah subuh dengan Mbah Rofi'i, kakekku, di Masjid Baitul Izzah kebanggan warga desa.


Saat fajar kubuntuti Mbah Rofi'i menuju masjid melalui jalan belakang rumah. Lalu bermakmum shalat di belakang beliau yang jadi imamnya. Lingkungan Plompong didominasi warga Muhammadiyyah, maka saat subuh imam tak baca qunut. Tapi kakek selalu melamakan iktidal di rakaat kedua. Mungkin untuk memberi kesempatan bagi yang mau baca qunut sendiri-sendiri.


Masih kuingat betul. Saat itu jaman SMA. Selesai shalat aku tak kunjung keluar dari masjid. Sebab musti baca wirid harian Imam Ghazali yang jadi amalan umum para santri di Giren, tempatku ngaji kalong saat itu. Berupa bacaan zikir tertentu yang berbeda-beda tiap harinya, dan dibaca 1000 kali perhari.


Setelah selesai ritual dan langit sudah terang, aku keluar masjid. Tak dinyana, ternyata kakek menungguku di serambi. Agaknya beliau heran, ada anak usia SMA wiridan lama-lama. Lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tentu saja aku salah tingkah.


"Ngamalna wiridan apa?" tanya kakek.


"Nganu Mbah, niki, anu," jawabku blekak-blekuk.


"Ora usah sing abot-abot," lanjut beliau tanpa mencecar jawaban dariku.


"Angger pan thoriqot, mbesuk Syadziliyah bae kaya nyong. Kuwe thoriqote para dai, wong-wong sibuk," pungkas beliau. Kemudian aku diajak pulang melewati jalan lain yang lebih ramai, sambil menyapa para tetangga yang sudah mulai beraktivitas.


Dalam kesempatan lain, kakek pernah menyebut nama Kiai Asnawi sebagai gurunya, dan sekilas pengalaman beliau nyantri di Weleri, Kendal. Aku tak banyak dengar tentang Kiai Asnawi dari beliau. Cerita-cerita tentang Kiai Asnawi banyak kudapatkan dari bapak dan Mbah Soim, adik kakek. Kisah tentang beliau pernah kutulis  di sini: Kiai-kiai Kampung (1)

Mbah Ahmad Rofi'i (kiri) dan gurunya, Mbah Asnawi Weleri


Belakangan, fragmen-fragmen ingatan ini menambah tebal rasa penasaranku. Siapa sebenarnya Kiai Asnawi Weleri? Mengapa kok beliau suka mengunjungi daerah Sirampog? Di mana makamnya? Adakah keluarganya? Siapa pula mursyid tarekat kakek? Dari jalur mana beliau berbaiat tarekat?


Lalu hari ini, Selasa 3 Agustus 2021, kutemukan 'harta karun' luar biasa. Kulihat status seorang kawan facebook, Ustadz Muhammad Akrom Solihin, yang mengunggah foto silsilah sanad tarekat ayahnya, Mbah Solihin. Disebutkan dalam postingan itu bahwa Mbah Solihin berbaiat kepada as-Syaikh al-Hadziq Asnawi al-Weleri.


Tentu saja langsung kukomentari, sambil kulampirkan foto kakek dengan Kiai Asnawi, kukonfirmasi apakah sosok dalam silsilah itu Kiai Asnawi guru kakekku? Dijawab iya! Bahkan Mbah Solihin kenal dengan kakekku! Bahkan beliau menyebut bahwa Mbah Rofi'i adalah santri bintang-nya Kiai Asnawi Weleri!


Bungah betul hatiku. Sebagian pertanyaanku terjawab! Jelas bahwa jalur tarekat Syadziliyah kakek adalah melalui Kiai Asnawi Weleri,mursyid yang diikuti banyak murid saat itu di wilayah Bumiayu dan sekitarnya. Dari catatan Mbah Solihin yang diunggah Ustadz Akrom di facebook ini bisa dilihat rantai tarekat Syadziliyah Kiai Asnawi sampai ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kuperkirakan, kemungkinan besar silsilah kakek sama dengan silsilah Mbah Solihin ini.


Rantaian sanad itu ialah sebagai berikut;

  • Syaikh Muhammad Asnawi - dari
  • Syaikh Dalhar Watucongol - dari
  • Sayyidi Syaikh Ahmad Nahrowiy Muhtarom bin KH. Hardja Muhammad Al-Banyumasi Al-Makki (W. 1346 H / 1927 M) – dari

  • Sayyid Muhammad Sholeh Al-Mufti Al-Hanafi – dari
  • Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy – dari
  • Sayyid Ahmad Minatullah Al-Maliki Al-Azhariy Al Makkiy – dari
  • Sayyid Muhammad Al-Bahitiy – dari
  • Sayyid Yusuf As-Sabasyi – dari
  • Sayyid Muhammad bin Al-Qasim as-Shabbagh As-Sakandariy – dari
  • As Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Baqi bin Yusuf bin Ahmad bin Ulwan Az-Zurqoni (1055 – 1122 H / 1645 – 1710 M) dari
  • As Sayyid Abul Irsyad Ali bin Muhammad bin Abdurrohman Al-Ujhuriy (967 – 1066 H / 1560 – 1656 M) – dari
  • Sayyid Nur Al-Qurofiy – dari
  • Sayyid Al-Hafidh Ahmad bin Ali bin Ahmad Al-Fazariy Al-Qalqasyandiy Al-Qohiriy (756 – 821 H / 1355 – 1418 M) – dari
  • Sayyid Taqiyudin Ahmad bin Ibrahim bin Abdurahman bin Mas’ud bin Umar Al-Hazami Al-Wasithi (657 – 711 H) -dari
  • Sayyid Abil Fath Shodruddin Muhammad bin Muhammad bin Ibrohim bin Abil Qosim bin ‘Anan Al-Maidumiy Al Bakri Al Misriy (664 – 754 H / 1265 – 1353 M) – dari
  • Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy – dari
  • Sayyidi Syaikh Abil Hasan Ali Asy-Syadziliy (593 – 656 H / 1196 – 1258 M) – dari
  • Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis (559 H / 1163 M – 626 H – 1228 M) – dari
  • Sayyid Abu muhammad Abdurrahman Al-Atthar Az-Zayyat Al-Madaniy Al-Maghribiy – dari
  • Sayyid Taqiyudin Al-Fuqair An Nahrowandiy Al Wasithi Al Iroqiy (W. 594 H / 1198 M) – dari
  • Sayyid Fakhrudin - dari
  • Sayyid Nuruddin Ali Abil-Hasan – dari
  • Sayyid Muhammad Tajudin – dari
  • Sayyid Muhammad Syamsudin At-Turkimaniy – dari
  • Sayyid Zainuddin Al-Qozwiniy – dari
  • Sayyid Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad bin Ismail Al-Khowwash As-Samirro’iy Al-Bashriy (184 H / 800 M – 291 H / 904 M) – dari
  • Sayyid Abul Qasim Ahmad Al-Marwaniy -dari
  • Sayyid Abu Muhammad Sa’id Ash-Shofi – dari
  • Sayyid Sa’ad – dari
  • Sayyid Abu Muhammad Fathus-Su’udi – dari
  • Sayyid Abu Muhammad Sa’id Al-Ghozwaniy – dari
  • Sayyid Abu Muhammad Jabir bin Abdullah Al-Ansoriy -dari
  • Sayyidina Hasan bin Ali r.a (625 – 670 M / 30 – 50 H) – dari
  • Sayyidina Ali bin Abi Thalib (557 – 660 M / 23 – 40 H) - dari
  • Sayyidil Mursalin Imamil Anbiya’ wal Atqiya’ Rasulullah Muhammad Saw shallallahu alaihi wasallam, wa radhiyallahu 'anhum ajma'in.




Dari catatan ini kita tahu bahwa Kiai Asnawi bersanad kepada Mbah Dalhar Watucongol Magelang, sosok waliyullah yang masyhur di kalangan kaum muslimin Jawa. Mbah Dalhar Watucongol bersanad kepada Syaikh Ahmad an-Nahrawi. Sama seperti jalur sanad Mbah Abdul Malik Purwokerto, guru mursyid Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan.


Perlu diketahui bahwa penyebaran tarekat Syadziliyyah di tlatah Jawa tak lepas dari peran tokoh-tokoh berikut ini; Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Malik Purwokerto, Mbah Siroj Payaman, Mbah Ahmad Ngadirejo, Mbah Abdullah Kaliwungu, Mbah Abdurrahman Sumolangu, dan Mbah Idris Jamsaren. Enam nama kiai pertama bersanad kepada Syaikh Ahmad Nahrowi, ulama Mekah asal Banyumas. Sedangkan Mbah Idris Jamsaren bersanad kepada Syaikh Muhammad Sholih, satu generasi lebih tua.


Terus bersambung ke atas sampai kepada Syaikh Maidumi dari Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi dari Imam Syadzili. Inilah jalur sanad tarekat Syadziliyyah pada umumnya di tlatah Jawa. Tidak melalui jalur Syaikh Ahmad Ibnu Athaillah as-Sakandary, penyusun kitab Hikam yang legendaris itu.


Ustadz Akrom juga melampirkan teks syair nama-nama tokoh dalam rangkaian sanad tersebut. Semacam kasidah tawassul ahli silsilah tarekat, untuk dibaca selepas zikir bersama sebagai roket menuju mukasyafah.


Kuharap kelak diperjalankan oleh Allah untuk bisa sowan Mbah Solihin, ziarah ke makam Kiai Asnawi, juga menyambung rasa dengan para penerus beliau. Amin.


Kalibening, 4 Agustus 2021

2 Comments

  1. Mbah Asnawi Weleri itu Rumahnya atau pondoknya mana?

    ReplyDelete
  2. Kang Zia, dalam "adat" penulisan sanad, sangat dihindari menempatkan Kanjeng Rasul dibarisan bawah. Urutannya Kanjeng Rasul kebawah, bukan sebaliknya.
    🤝🤝🤝

    ReplyDelete
Sebelumnya Selanjutnya