Kalau kau diutus oleh bosmu untuk bertugas di suatu tempat, dan di sana sudah ia siapkan sekian fasilitas untuk membantumu menuntaskan tugasmu, maka;
- Kau akan melaksanakan tugas itu dengan optimis dan bersemangat.
- Kau akan gunakan fasilitas itu dengan baik, dan tidak akan menelantarkannya karena justru akan menyusahkanmu.
- Penggunaan fasilitas hanyalah sarana bagimu, bukan menjadi tujuan keberadaanmu di situ.
- Kau akan berterima kasih kepada bosmu atas segala fasilitas itu.
Detik ini, tepatnya malam Sabtu tanggal 9 Sya'ban 1446 hijriah, pemahamanku tentang agama adalah sebagai berikut ini, entah esok atau nanti:
- Gusti Allah menciptakan manusia dan jin, yang tugas utamanya adalah beribadah. Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya'budun.
- Bentuk ibadah bagi manusia adalah hidup dengan baik dan mengelola tempat mampirnya di dunia, khususnya planet bumi. Innii ja'ilun fil ardhi kholiifah.
- Secara teknis, detil pengelolaan itu ada empat; (a) Cari bekal untuk pulang ke akherat, (b) Nikmati anugerah duniawi secukupnya, (c) Berbuat baik kepada sesama, (d) Jangan merusak di bumi. Seperti dalam ayat 77 surat Qosos.
- Untuk menunaikan empat misi hidup itu, Gusti Allah memberi fasilitas. Yakni syariat agama yang diwahyukan melalui para rasul sejak jaman Nabi Adam.
- Fasilitas pamungkas untuk manusia akhir zaman di usia bumi yang menua adalah syariat agama Islam. Syariat Islam adalah fasilitas komplit bagi manusia selama bertugas di alam dunia, khususnya di planet bumi. Innad diina 'indallohil Islam.
- Pemahaman tentang agama sebagai fasilitas akan membuat kita menikmati praktik beragama sebagai sarana dari Gusti Allah untuk mempermudah hidup, bukan sebagai beban yang justru mempersulit hidup.
- Pemahaman ini juga menegaskan bahwa agama sebagai fasilitas (wasilah), bukan tujuan (ghoyah). Jadi bukan "Hidup untuk beragama", melainkan "Hidup untuk berkiprah dengan fasilitas beragama".
- Kutanyakan di AI tentang apa saja 5 hal paling penting dalam hidup. Ia menjawab dengan merangkum dari berbagai referensi; sense of purpose, personal growth, health, security/stability, relationships (family and friends).
- Syariat Islam jelas menjadi fasilitas untuk mencapai lima hal itu. Untuk perihal sense of purpose (tujuan hidup) ada syariat syahadatain dan konsep sangkan paraning dumadi. Perihal personal growth (pengembangan diri) ada syariat shalat yang menuntut manajemen waktu, kedisiplinan, dan penataan psikis. Perihal health (kesehatan) ada syariat puasa dan thoharoh. Perihal security/stability (kenyamanan) ada syariat zakat, sedekah, dan jihad. Perihal relationship (hubungan) ada syariat haji, nikah, dan muamalah.
- Quran dan sunnah berisi petunjuk penggunaan fasilitas-fasilitas tersebut. Semua fasilitas itu hanya akan berfungsi dengan baik jika digunakan dengan benar sesuai petunjuk penggunaannya.
- Secara khusus, surat-surat dalam Quran bahkan menjadi fasilitas-fasilitas hidup yang spesifik. Seperti; (a) Al-Fatihah untuk membuka semua kebuntuan, (b) Al-Baqarah untuk membentengi dari sihir dan setan, (c) Al-Kahfi untuk menjaga diri dari penyakit dan rusaknya pergaulan, (d) Yasin untuk mengokohkan iman dan kewarasan, (e) Al-Waqiah untuk menjamin kecukupan sandang pangan papan, (f) Al-Mulk untuk menjadi asuransi di alam kubur, dan sebagainya.
- Jadi semua yang diwahyukan Gusti Allah kepada Kanjeng Nabi Muhammad adalah fasilitas bagi kita untuk mewujudkan hidup yang nyaman, tenteram, tidak gelisah, dan akhirnya siap pulang kepada-Nya dengan jiwa yang tenang nan legawa. Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'ii ilaa robbiki roodhiyatan mardhiyyah.
Bukankah itu antroposentris? Seakan-akan itu semua disiapkan Gusti Allah untuk manusia. Ya nggak apa-apa kalau dianggap seperti itu. Bahkan Imam Ghazali, dalam Minhajul Abidin, pernah katakan kira-kira begini; kalau kau mau betul-betul bersyukur kepada Tuhan, maka anggaplah segala nikmat yang Ia karuniakan hanya ditujukan untukmu seorang.
Justru pemahaman ini menonjolkan betapa asih Gusti Allah kepada kita, sehingga semua fasilitas untuk hidup di dunia sudah disiapkan. Apalagi dengan menjadi umat Kanjeng Nabi Muhammad, yang fasilitasnya sudah teramat canggih nan mutakhir.
Sebab pemahaman inilah, sampai detik ini aku tak mau terlalu sepaneng memikirkan solusi untuk segala permasalahan yang kuhadapi. Entah masalah sosial, finansial, lingkungan, dan segala rupa. Biar semua itu diselesaikan, dituntaskan, diuraikan, oleh Yang Maha Berkuasa saja, toh aku tak punya kuasa apa-apa.
Tinggal bagaimana kita mau gunakan fasilitas yang sudah Ia sediakan sebaik mungkin. Sambil menjalin kontak dengan-Nya, semesra mungkin.
Maka, Nak, ayo beragama dengan bahagia dan optimis, sekaligus berhati-hati dan waspada. Agar bisa memanfaatkan fasilitas ini dengan baik, sambil menjaganya agar tidak rusak dan terbengkalai.