Silsilah - MbahNajib #21

Oleh: @ziatuwel


Dahulu kompeni menganggap bahwa para kiai adalah semata-mata agamawan, seperti pastur atau pendeta. Padahal tidak. Kiai, di masa lalu, adalah para bangsawan kraton yang memilih kiprah di jalur spiritualitas dan kemasyarakatan. 


Mereka berdarah biru dan pemimpin pergerakan sosial, bukan semata-mata agamawan. Contohnya Mbah Nur Iman Mlangi, putra mahkota yang memilih menepi dari ingar bingar kerajaan. Demikian pernah diungkap oleh almarhum Kiai Agus Sunyoto.


Pernyataan beliau itu mengingatkanku pada sosok guru kami, Mbah Yai Najib, dan leluhur-leluhur beliau;




KIAI RADEN MUHAMMAD NAJIB (1954-2021), sosok kiai ahli Quran yang tawadlu, semanak, dan istiqamah. Pengasuh Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta periode keempat. Beliau adalah putra Kiai Raden Abdul Qadir dan Nyai Salimah Nawawi Jejeran.


bin


KIAI RADEN ABDUL QODIR (1919-1961), sosok kiai ahli Quran yang mendirikan komplek Madrasah Huffadh di Krapyak. Salah satu dari tiga serangkai pelanjut perjuangan Kiai Munawwir. Beliau adalah putra Kiai Muhammad Munawwir dan Raden Ayu Mursyidah, sosok ningrat dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.


bin


KIAI MUHAMMAD MUNAWWIR (1870-1941), sosok ulama besar yang mengaji selama 21 tahun di Tanah Suci, menggelar pengajian Quran di Yogyakarta. Menjadi jujugan santri untuk menghapal Quran dan mengaji qiraat, melalui wadah bernama Ribath al-Quran. Beliau adalah putra Kiai Abdullah Rosyad dan Nyai Khodijah Bantul.


bin


KIAI ABDULLAH ROSYAD, sosok kiai yang dikenal berupaya keras untuk bisa menghapal Quran namun tak dikaruniai menjadi seorang hafizh. Berbagai laku tirakat dilakoni selama 9 tahun tapi tak berhasil. Namun buahnya justru dinikmati anak keturunannya yang menjadi 'markas besar' Quran di Nusantara. Beliau adalah putra dari Kiai Hasan Bashori dan seorang wanita salehah putri Kiai Nur Jalifah Trenggalek.


bin


KIAI HASAN BASHORI atau KASAN BESARI, sosok kiai pejuang yang menjadi ajudan Pangeran Diponegoro. Disebutkan bahwa beliau pernah diutus sang pangeran untuk merebut wilayah Kedu dari penguasaan Belanda. Beliau turut serta saat Diponegoro diasingkan ke Makassar, hingga wafat dan dimakamkan di sana.


Siapakah sosok Kiai Hasan Bashori ini? Siapa orang tua beliau? Aku tak tahu. Setahuku ada tiga tokoh bernama Kiai Kesan Besari di wilayah Yogyakarta yang sejaman dan turut berjuang dengan Pangeran Diponegoro. 


Pertama; Kiai Kasan Besari, putra Kiai Nur Iman (1734-1794) Mlangi. Ayahnya adalah sosok ningrat keturunan Sultan Agung yang memilih hidup mendampingi ngaji masyarakat. Dari ayahnya, beliau mendapat mandat mengurus salah satu Masjid Pathoknegoro di wilayah Dongkelan.


Kedua; Kiai Kasan Besari, putra Kiai Iman Abdul Arif (1755-1803) Baderan. Ayahnya masih berdarah keturunan Pajang. Itu berarti beliau masih bersaudara dengan Kiai Mojo (Muslim Khalifah bin Abdul Arif), penasehat dan panglima perang Pangeran Diponegoro.


Ketiga, Kiai Kasan Besari anggota pasukan inti Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri ke Ngawi, menetap hingga wafat dan dimakamkan di sana. Selain itu mungkin masih ada nama-nama Kasan Besari lain yang aku tak tahu.


Lalu siapakah yang dimaksud Kiai Kasan Besari kakek buyut Mbah Yai Najib ini? Entahlah. Keluarga besar beliaulah yang berhak menjawabnya. Yang jelas sosok tersebut bukan Ki Ageng Hasan Besari Ponorogo, guru Pangeran Diponegoro yang masyhur itu.


Pernyataan Kiai Agus Sunyoto di awal tulisan bisa melahirkan tesis bahwa; tiap kiai besar pasti punya darah keturunan pejuang atau ahli tirakat di masa lalu. Atau bisa dibalik; tiap orang yang mau berjuang dan ahli tirakat akan melahirkan orang-orang besar di kemudian hari. Contohnya guru kita, almarhum Mbah Yai Najib Krapyak.


Lahum Alfatihah.


___

Kalibening, 19 Ramadan 1442


1 Comments

Sebelumnya Selanjutnya